Loyalitas Karyawan: Perlukah Bertahan atau Cari Peluang Baru?
Di dunia kerja, loyalitas sering dianggap sebagai nilai penting. Bagi perusahaan, memiliki karyawan yang setia tentu menguntungkan. Namun bagi karyawan, apakah loyalitas selalu sebanding dengan manfaat yang diterima? Atau justru lebih baik mencari kesempatan di tempat lain?
Loyalitas vs. Kebutuhan Karyawan
Menurut KBBI, loyalitas berarti kesetiaan atau kepatuhan. Dalam konteks kerja, ini berarti tetap bertahan di perusahaan meski ada ketidaksesuaian dengan kepentingan pribadi. Namun, realitanya berbeda.
Studi menunjukkan, karyawan yang pindah kerja bisa mendapat kenaikan gaji 10–20%, sementara kenaikan gaji di perusahaan lama hanya sekitar 3–4%. Belum lagi inflasi dan biaya hidup yang terus naik. Wajar jika banyak pekerja memilih pindah ketimbang menunggu kenaikan gaji yang tak sebanding.
Mengapa Karyawan Memilih Tidak Setia?
-
Ketidakpastian Karier
Karyawan profesional ingin bekerja di perusahaan yang menjamin masa depannya. Jika ada risiko PHK atau stagnasi, mereka akan mencari tempat yang lebih stabil. -
Eksploitasi Kerja
Karyawan berkinerja tinggi sering mendapat beban kerja lebih berat tanpa kompensasi yang adil. Mirip kerja kelompok saat kuliah—yang rajin dapat tugas lebih banyak, yang malas justru santai. -
Lingkungan Kerja Tidak Nyaman
Pepatah mengatakan, "Employees don’t leave companies, they leave people." Banyak karyawan resign karena tidak cocok dengan rekan atau atasan. Perlakuan yang kurang menghargai bisa memicu keputusan untuk pergi.
Bagaimana Perusahaan Bisa Mempertahankan Karyawan?
-
Berikan Ruang untuk Berkembang
Karyawan butuh tantangan baru, baik dalam skill maupun tanggung jawab. Perusahaan yang baik akan memberi kesempatan belajar dan berkembang, bukan sekadar menuntut hasil. -
Libatkan Karyawan dalam Tujuan Perusahaan
Dengan melibatkan karyawan dalam perencanaan goal, mereka akan merasa memiliki (sense of belonging) dan lebih termotivasi. Evaluasi rutin dan reward yang sesuai juga penting untuk mempertahankan semangat kerja. -
Reward yang Kreatif dan Personal
Tidak semua karyawan termotivasi oleh hal yang sama. Ada yang senang dengan bonus, cuti tambahan, atau bahkan dukungan pendidikan untuk keluarga. Atasan perlu memahami preferensi masing-masing.
Loyalitas di Mata Generasi Milenial
Generasi milenial cenderung lebih pragmatis. Mereka melihat loyalitas bukan sekadar bertahan lama di satu perusahaan, tapi lebih pada apakah perusahaan memberi nilai tambah bagi karier mereka.
Menurut survei Dale Carnegie, milenial lebih betah bekerja di tempat dengan atasan yang berempati. Perusahaan yang memperhatikan kebutuhan emosional karyawan terbukti 202% lebih produktif dibanding yang tidak.
Kesimpulan: Loyalitas Harus Dua Arah
Sebagai karyawan, penting mengevaluasi apakah perusahaan layak diberi loyalitas. Jika tidak ada pengembangan karier, lingkungan tidak sehat, atau kompensasi tidak adil, wajar untuk mempertimbangkan pindah.
Sebagai perusahaan, jika ingin mempertahankan talenta terbaik, berikan kepastian, apresiasi, dan kesempatan berkembang. Loyalitas bukan sekadar tuntutan, tapi hasil dari hubungan kerja yang saling menguntungkan